PENGERTIAN MU’TAZILAH
Secara etimologi, Mu'tazilah berasal dari kata "i'tizal" yang artinya menunjukkan kesendirian, kelemahan, keputusasaan, atau mengasing- kan diri. Sedangkan secara terminologi sebagian ulama mendefinisikan Mu'tazilah sebagai satu kelompok dari Qodariyah yang berselisih pendapat dengan umat Islam yang lain dalam permasalahan hukum pelaku dosa besar yang dipimpin oleh Washil bin Atha' dan Amr bin Ubaid pada zaman Hasan Al-Bashri (w. 110 H). 1 Aliran Mutazilah adalah salah satu aliran pemikiran teologis dalam Islam yang berkembang pada abad ke-8 hingga ke-10. Aliran ini didasarkan pada penggunaan akal dan logika dalam memahami ajaran Islam. Dalam pembahasan, mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
SEJARAH MUNCULNYA ALIRAN MU’TAZILAH
Sejarah munculnya aliran Mutazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan AlBashri yang bernama Washil bin Atha' Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha' berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan alBashri berpendapat mukmin berdosa besar masih berstatus mukmin. Latar belakang munculnya Aliran Mu’tazilah adalah sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur’jiah akibat adanya peristiwa tahkim. Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar.
TOKOH YANG DIANGGAP SEBAGAI PENDIRI ATAU PENGEMBANG ALIRAN MU’TAZILAH
Tokoh-tokoh yang ada di Bashrah:
- Wasil bin Atha’(699-748 M), Nama lengkapnya Wasil bin Atha al-Ghazzal. Ia terkenal sebagai pendiri aliran Mu'tazilah dan menjadi pimpinan/kepala yang pertama. Dia mengembangkan prinsip-prinsipnya yang dikenal sebagai Al-Qadar (kebebasan manusia) dan Al-Tawhid (keesaan Tuhan). Ia juga terkenal sebagai orang yang meletakkan lima prinsip aliran Mu'tazilah.
- Al-'Allaf (752-840 M), Nama lengkapnya Abdul Huzail Muhammad bin alHuzail al-'Allaf. Sebutan al-'Allaf diperolehnya karena rumahnya terletak dikampung penjual makanan binatang (‘alaf makanan binatang).
- Ibrahim bin Sayar bin Hani an-Nazzam(184-221H). Ia murid Abdul Huzail Al-Allaf. Di tangan Ibrahim bin Sayar bin Hani' an-Nazzam pemikiranpemikiran filsafat masuk ke dalam ajaran Mu'tazilah, sehingga pada fase ini banyak pikiran-pikiran Kalam yang bersinergi dengan filsafat.
- Abu Ali Al-Jubba'i , (w 915 M) salah satu tokoh utama aliran Mutazilah pada abad ke-9 Masehi. Dia menulis buku yang berjudul "Kitab Al-Muftah" yang membahas prinsip-prinsip Mutazilah.
Selanjutnya tokoh-tokoh yang berdomisli di Baghdad:
- Bisyr bin al-Mu'tamir (w. 226H /840 M) la adalah pendiri aliran Mu'tazilah di Baghdad. Pandangan- pandangannya mengenai kesusteraan sebagaimana dikutip oleh al-Jahiz dalam bukunya al-Bayan wat Tabyin menimbulkan dugaan bahwa ia adalah orang yang pertama-tama mengadakan ilmu. Pendapatnya antara lain, siapa yang tobat dari sesuatu dosa besar kemudian mengerjakan dosa besar lagi, ia akan menerima siksa yang pertama juga, sebab tobatnya dapat diterima dengan syarat tidak mengulangi lagi. Dengan perkataan lain, siksanya akan berlipat ganda.
- Al-Khayyat (w. 300H/912 M) Ia adalah Abu al-Husein al-Khayyat, termasuk tokoh Mu'tazilah di Baghdad dan mengarang buku al-Intisar yang dimaksudkan untuk membela aliran Mu'tazilah dari serangan Ibnu Ar Rawandi, la hidup pada masa kemunduran aliran Mu'tazilah."
- Qadhi Abdul Jabbar (w. 1.024 M) Ia juga hidup pada masa kemunduran aliran Mu'tazilah. Ia diangkat menjadi kepala hakim (qadhi al-qudhar) oleh Ibnu Abad. Di antara karyanya yang besar adalah ulasan tentang pokokpokok ajaran Mu'tazilah. Karangan tersebut demikian luas dan amat mendalam yang ia namakan Al-Mughni. Kitab ini begitu besar, satu kitab yang terdiri lebih dari lima belas jilid. Al-Qadhi Abdul Jabbar termasuk tokoh yang hidup pada masa kemunduran aliran Mu'tazilah, namun ia mampu berprestasi baik dalam bidang ilmu maupun dalam jabatan kenegaraan.
- Az-Zamakhsyari (467– 538 H). Nama lengkapnya adalah Jarullah Abul Qasim Muhammad bin Umar. Ia dilahirkan di desa Zamakhsyar, Khawarizm, Iran. Sebutan Jarullah artinya tetangga Allah, karena beliau lama tinggal di Mekkah, dekat Ka’bah. Ia terkenal sebagai tokoh dalam ilmu tafsir, nahwu (gramatika) dan paramasastra (lexiology). Dalam karangannya ia dengan terang-terangan menonjolkan paham Mu'tazilah, misalnya dalam kitab tafsir Al-Kassyaf, ia berusaha menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan ajaran-ajaran Mu'tazilah, terutama lima prinsip ajarannya yang akan diuraikan pada pasal berikutnya.
LIMA POKOK AJARAN ALIRAN MU’TAZILAH
Selain beberapa pendapat yang dikemukakan para pemimpin dan tokoh Mu'tazilah di atas, terdapat prinsip-prinsip dasar Mu'tazilah yang selalu dipegang erat oleh mereka. Asas dan landasan itu mereka sebut dengan AlUshul al-Khamsah (lima landasan pokok). Kelima landasan tersebut adalah (i) prinsip tauhid atau nafy al-Sifat: (ii) al- Adlu, Keadilan Tuhan; (iii) alManzilah baina al-Manzilatain; (iv) al- Wad wa al-Wa'id (v) Amr bi alMa'ruf wa an-Nahy an Munkar. Dari kelima prinsip ini, tiga prinsip pertama merupakan ajaran Wasil bin Atha .Ajaran ajaran lainnya dikukuhkan oleh para penerusnya, dan bahkan ajaran-ajaran Wasil sendiri disempurnakan oleh para murid. Nya.
Simpulan
Aliran mu`tazilah merupakan aliran teologi yang paling tua dan terbesar. Secara teknis, aliran ini terdiri dari dua golongan yang masing-masing berpandangan berbeda. Mu`tazilah I muncul sebagai respon politik murni dan Mu`tazilah II muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murjiah (akibat adanya peristiwa tahkim). Diantara sebutfan unutk kaum mu`tazilah adlah Ahlul `Adl Wa At-Tauhid (golongan yang mempertahankan keadilan dan keesaan Allah). Sedangkan ajaran pokok dari Mu`tazilah (al ushul al khomsah) yakni tentang: At Tauhid (keesaan), Al Adl (keadilan), Al Wa`du Wa Al Waidu (janji dan ancaman), Al Manzilah Bain Al Manzilatain (tempat diantara dua tempat), dan Al Amru bi Al ma`ruf Wa Al Nahyu An Al Munkar (menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran). Kaum mu`tazilah pernah menggemparkan dunia Islam karena fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan. Mereka mendapatkan pertentangan keras dari umat Islam lain setelah pada abad 9 mereka berusaha memaksakan fahamfaham mereka dengan kekerasan di masa itu. Pemikiran rasional Mu`tazilah serta sikap kekerasannya membawa pada lahirnya aliran-aliran teologi lain dalam Islam. Timbulanya aliran baru ini menjadi tantangan bagi mu`tazilah yang bercorak rasionil dan liberal itu. Aliran Mu`tazilah mencapai kejayaan di masa Khalifah Al Ma`mun dan mulai menurun pada masa Khalifah Al Mutawakkil.
Badir’un, Faishal, `Ilm Al Kalam Wa Madarisuhu (Mesir: Maktabah Al-Mishriyah Al-Haditsah, 1982).
Bahrudin, Nunu, Ilmu Kalam Dan Tauhid Menuju Keadilan (Depok: Prenadamedia Group, 2016).
Basri, Hasan, Yahya, Ilmu Kalam Sejarah Dan Pikiran Pokok Aliran-Aliran (Bandung: Azkia Pustaka Utama).
Hatta, Mawardy, ‘Aliran Mu’Tazilah Dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam’, Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin, 12.1 (2016), 93. https://doi.org/10.18592/jiu.v12i1.286
Nasution, Harun, Teologi Islam (Jakarta: Universitas Indonesia, 2013)
Rohidin, Rohidin, Mu’Tazilah; Sejarah Dan Perkembangannya, EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis, vol. 7 no. 2 (2018). https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i2.1595
Rozaq, Abdul, Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012).
Rusli, Ris’an, Teologi Islam : Telaah Sejarah Dan Pemikiran Tokoh-Tokohnya (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015).
Wiyani, Novan Ardy, Ilmu Kalam (Teras, 2013).
Yusuf, M. Yunan, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014)
0 Komentar