Pengertian Jabariyah
Jabariyah berasal dari kata “ jabara” yang berarti memaksa. Dalam bahasa inggris, jabariyah disebut fatalisme yaitu paham yang menyebutkan perbuatan manusia telah ditentukan oleh qadha’ dan qadar tuhan. Di dalam Al-Munjid mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Asy Syahratsani juga menegaskan menghilangkan perbuatan manusia dalam arti yang sesungguhnya dan menyandarkan kepada Allah (dalam keadaan terpaksa). Sedangkan secara istilah Jabariyah berarti menyandarkan perbuatan manusia kepada Allah swt., menurut mutakallimin jabariyah yakni sebutan untuk madzhab alkalam yang menafikan perbuatan manusia secara hakiki dan menisbatkan kepada Allah semata. Paham yang mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah perbuatan Tuhan. Dalam paham ini, manusia sama sekali tidak mempunyai kekuasaan dan kebebasan, melainkan selamanya serba terpaksa (majbur) di dalam setiap perbuatan. Karenanya, paham ini disebut paham atau aliran Jabariah.
Sejarah Jabariyah
Jabariyah sudah ada di kalangan Arab lebih dulu sebelum islam. Sejarah mencatat orang pertama kali menampilkan paham Jabariyah dikalangan islam adalah Al-Ja’d Ibn Dirham. Mengenai kemunculan faham al-jabar ini, para ahli sejarah pemikiran mengkajinya melalui pendekatan geo- kultural bangsa Arab. Di antara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir Sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Keadaan gurun pasir inilah yang memicu munculnya sikap fatalism.
Sekte dan Tokoh Jabariyah
Menurut al-Syahrastani (479-548 H), aliran Jabariyah dapat dike- lompokkan menjadi dua bagian, kelompok ekstrem (al-Jabariyah al- Khalishah) dan moderat (alJabariyah al-Mutawassithah).
- Sekte Jabariyah murni (ekstrim) yang berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat apapun. Diantara tokohnya adalah:
- Ja'd bin Dirham Al-Ja'd
- Jahm bin Shafwan
- Adapun sekte Jabariyah pertengahan (moderat), yang mengatakan bahwa Tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab. Menurut faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Tuhan. Adapun tokoh-tokoh sekte Jabariyah moderat adalah:
- An-Najja
- Adh-Dhirar
Doktrin – Doktrin Jabariyah
Setelah mengetahui tokoh-tokoh dan beberapa alasan munculnya paham jabariyah berikut adalah doktrin atau bisa disebut dengan pokok pemikiran dari kedua aliran jabariyah, yaitu jabariyah ekstrim dan jabariyah moderat.
1) Aliran jabariyah murni (ekstrim)
- Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar.
- Manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk melakukan segala sesuatu, semuanya Allahlah yang berkuasa atas itu.
- Al-Quran adalah makhluk (baru).
- Allah tidak bisa dilihat dengan indera mata diakhirat kelak.
- Manusia akan kekal didalam surga maupun neraka; penghuni surga memndapatkan kelezatan nikmatnya dan penghuni neraka memperoleh kepedihan siksanya.
- Surga dan neraka akan rusak (tidak kekal) setelah para penghuni keduanya masuk dan hanya Allahlah yang abadi.
2) Aliran jabariyah pertengahan (moderat)
- Allah menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia juga berperan dalam mewujudkan perbuatan itu.
- Allah tidak dapat dilihat didalam akhirat menggunakan panca indera, tetapi Allah bisa saja memindahkan potensi hati (ma'rifat) kepada mata sehingga manusia dapat melihat Allah.
- Kalam Allah adalah makhluk, apabila dibaca menjadi sifat, apabila ditulis menjadi huruf atau tubuhd) Tidak ada kewajiban apapun sebelum para Nabi dan Rasul diutus.
- Pemimpin boleh saja bukan dari suku Quraisy, namun yang lebih pantas dari keturunan Rasulullah.
Ajaran pokok dan dalil Al-Qur'an yang menjadi landasan pemikiran jabariyah
- Masalah sifat Allah Swt. Jahm bin Shafwan tidak membenarkan Allah Swt. diberi sifat-sifat yang terdapat pada makhluk-Nya. Yang demikian itu membawa penyerupaan Allah Swt. dengan ciptaan-Nya. Namun diakui pula bahwa banyak ayat Al-Qur'an yang menyebutkan Allah Swt. mendengar, melihat, berbicara dan sebagainya. Ayat-ayat tersebut tidak dilihat secara lahiriyah (tekstual) melainkan dipahami secara konstekstual.
- Tentang Surga dan Neraka Bagi Jabariyah pahala dan siksaan pun merupakan paksaan karena didasarkan pada keyakinan bahwa manusia tidak memiliki pilihan dan daya. Manusia dalam paham ini hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang.
- Masalah Iman dan Kufur Iman dan kekafiran bergantung sepenuhnya kepada keyakinan di dalam hati dan orang yang telah mengenal baik dengan Allah Swt. kemudian ingkar dengan lidahnya tidak akan menjadi kufur karenanya. Bahkan juga tidak menjadi kafir sungguh pun ia menyembah berhala, menjalankan ajaran Yahudi atau Nasrani kemudian mati, bagi Allah Swt. orang demikian tetap merupakan seorang
- Tentang Qudrot dan Irodat Manusia. Manusia tidak mampu melakukan suatu perbuatan, tidak memiliki kemauan, kemampuan dan pilihan. Allah-lah pencipta semua perbuatannya sebagaimana terjadi pada benda-benda. Misalnya manusia membaca, menulis, mendengar maka hal itu sama saja dengan Allah Swt. membuat pohon tumbuh, berbuah, air mengalir dan sebagainya
Simpulan
Jabariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Aliran ini dikenal juga dengan nama Jahmiyyah karena mendasarkan pemikiran kepada tokoh utamanya yakni, Jahm bin Shofwan. Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Dalam bahasa Inggris, Jabariyah disebut fatalism atau predestination yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Doktrin yang dikembangkaannya adalah: Manusia tidak mampu berbuat apa-apa, Surga dan neraka tidak kekalIman adalah ma'rifat atau membenarkan didalam hati. Kalam Tuhan adalah makhluk Allah bukan sesuatu, tidak pula mempunyai sifat. Tuhan tidak dapat dilihat di hari kemudia
Al-Qur’an Al-Karim Indonesia Departemen Agama Repbulik Indonesia
0 Komentar