Biografi Singkat Hasan Hanafi

    Hasan Hanafi adalah seorang filsuf dan intelektual Mesir yang terkenal dengan pandangan-pandangannya mengenai ilmu kalam (ilmu teologi Islam) dan teori kebudayaan. Beliau lahir di kota Kairo, Mesir pada tanggal 13 Februari 1935. Beliau lahir di tempat bertemunya para mahasiswa muslim dari berbagai belahan dunia yang ingin belajar, terutama di Universitas Al-Azhar. Beliau berdarah Maroko. Kakeknya berasal dari Maroko dan neneknya dari kabilah Bani Mur yang diantaranya menurunkan Bani Gamal Abdul Nasser, presiden Mesir kedua. pada saat berusia 5 tahun, Hassan Hanafi sudah hafal Al-Qur’an.

Karya-Karya Hasan Hanafi

    Hanafi menulis beberapa artikel yang diterbitkan sebagai buku dengan judul Qadhaya Mushirat fi Fikrina al-Muashir." Quilhaya Ma'ashirat fi al Fikr al-Gharib, dan beberapa antara lain : 
  1. Al-Turats wa al-Tajdid tentang dasar ide pembaharuan. 
  2. Al Yasar Al-blamiy (Kiri Islam), tentang manifesto politik 
  3. Min Al-Aqidah ila Al-Taurah, memuat uraian terperinci tentang pokok-pokok pembaruan," 
  4. Kumpulan artikel seminar di beberapa negara yang disusun menjadi buku Religion, Ideology, and Development. 
  5. Artikel lainnya diberi judul Islam in the Modern World." 
  6. Kiri Islam adalah kelanjutan dari Al-Urwah al-Wuestqa dan Al-Manar." 
  7. At-Turas Wa At-Tajdid "Warisan Klasik dan Pembaharuan." 
  8. Ketika menjadi dosen Filsafat Kristen, Hanafi menulis buku berjudul Namadzij 9. Min Al-Falsafah Al-Masyihiyah Fi Al-Ashr Al-Wasith Al-Muallim La Aghastin Al-Imam Bahits An Al Aql La Taslim, Al-Wujud Wa Al-Mahiyah Li Yuma Al- Alwin 
  9. Min Al-Akidah Ila Al-Sawrah Al-Muqaddimah Al-Nazariyah (Dari Akidah ke Revolusi)." 
  10. Muqaddimah Fi Tim-Al-Istigrab (Oksidentalisme: Sikap Kita Terhadap Tradisi Lama)." 
  11. Al-Ushuliyah al-Islamiyah (Alou Bagian Dari Fundamentalisme Islam)." 
  12. Humum Al-Fikr Al-Watan, At-Turats Wa Al-Asr Wa Al-Handasah (Oposisi Pasca Tradisi). 
  13. Dirasat Islamiyah. Buku ini diberi judul : Islamologi 1: Dari Teologi Statis ke Anarkis, Islamologi II: Dari Rasionalisme ke Empirisme dan Islamologi III: Dari Teosentrisme ke Antroposentrisme." 
  14. Tiga buah karya kesarjanaan Hanafi di Sorbone: Les Metodes Dexegese, Essal Sur La Science Des Fondaments De La Comprehension, Ilm Ushul Al-Fiqh, Lexegese De La Phenomenologie Letat Actual De La Method Phenomenologique Et Son Application Un Phenomene Religiux, serta La Phenomenologie D Lexegese: Ensal Dune Hermeneutique Existentielle A Parti Du Nouvea Testament. 
  15. Religious Dialog And Revolution, Qadaya Muashirah F4 Fikrina Al-Mubashir Dinaat Falsafah dan Al Din Wa Al-Taurah Fi Mishra, Hiwar Al-Masyriq Wa Al Maghrib dan Masyriq Islam In The Modern World. dan Humum Al-Fikr Wa Al- Wathan dan Jalaluddin Al Afgani, serta Hiwar Al-Ajyal. 
  16. Hanafi menulis terjemahan dan suntingan Antara lain: Muhammad Abu Husain Al-Bahri Al-Mu'tamad Film Ushul Figh. Al-Hakumah Al-Islamiyah Li Al-Imam Al-Khomeini, serta lihad An Nafs Awe Jihad Al-Akbar Li Al Imam Al-Khomeini. 
  17. Namudzzij Min Al-Falsafah Al-Mashihiyah Ft Al-Ashr Al-Wasith: Al-Muallim Li Agustin, Al-Imam Bahtitsan Al-Aql La Taslim, Al-Wujud Wa Al-Mahiyah Li Tuma Al-Akwini.) Spinoza, Risalah Fi Al-Lahut Wa As-Asiyasah, Lessing: Tarbiah Fi Al- Jims Al-Basyari Wa Amal Ukhra, Jean-Paul Satre: Taali Al-Ana Al- Maujud. 

Pemikiran Kalam Hasan Hanafi

  Pemikiran Hasan Hanafi bertolak dari penjelajahan iman dan intelektualnya dalam menghidupkan kembali semangat Ilmu kalam dari iman ke nalar hingga menuju aksi. Proyek penjelajahan tersebut dia sebut dengan at-Turats wa at-Tajdid (Tradisi dan Pembaharuan). Salah satu karya monumental- nya adalah Min al-'Aqidah ila al-Tsawrah (Dari Akidah ke Revolusi). Hasan Hanafi merombak total isu-isu Ilmu kalam, dari hanya semata-mata isu bangun teologi yang berkaitan de ngan hal-hal yang bernuansa teosentris, menjadi isu problema kemanusiaan yang bernuansa antroposentris. Bahkan dengan latar belakang kehidupannya yang dibesarkan di tengah debu revolusi negeri-negeri Muslim yang terampas, Hasan Hanafi malah mengobarkan revolusi dari akidah tersebut.
    Rumusan-rumusan teologis selama ini bertumpu pada pemaparan substansi wujud Tuhan Yang Maha Mutlak sebagai Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Dialah yang memulai segala sesuatu, dan Dia pulalah yang mengemba- likan segala sesuatu itu. Dia yang memulai dan Dia pula yang menetapkan segalanya. Dia yang menghidupkan dan Dia pula yang mematikan. Maka, seorang teolog klasik seakan- akan bercengkerama dengan kekuasaan Tuhan Yang Maha Dahsyat ini hingga mencapai derajat fana bersama-Nya Dalam pendahuluan (Ilmu Kalam) yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, hubungan manusia dengan Tuhan tidak terbatas pada tataran pengetahuan teoretis, tetapi juga tataran amaliah praktis. Manusia memuji Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan Tuhan kepadanya, dan bersyu- kar kepada-Nya atas segala karunia yang telah dilimpah kepadanya. Semuanya ini menjadikan hubungan manusia dengan Tuhan menjadi satu arah; dari Tuhan Sang Pemberi kepada manusia yang selalu diberi; sehingga posisi manusia hanyalah sebuah bejana untuk menerima segala nikmat, menampung segala pemberian, dan menanti segala kemurahan dan kebaikan. 
   Salah satu titik terpenting dari kritik Hassan Hanafi terhadap Ilmu Kalam adalah teori tentang "Ketidakbutuhan Allah kepada Selain-Nya dan Kebutuhan yang Lain kepada- Nya. Implikasi dari teori ini menurut Hassan Hanafi adalah bahwa pemikiran Islam menetapkan Allah dan menggugurkan alam, mempertahankan dzat ilahiyah dan tidak memperhi- tungkan zat manusia dan bertekad untuk mencapai puncak dengan menghiraukan dasar. Inilah yang menyebabkan umat Islam mengalami kesengsaraan di bidang politik, ekonomi. dan sosial. 
    Upaya untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan menegaskan kembali semangat tauhid. Tauhid dalam pandangan Hassan hanafi terbagi dua, yakni tauhid ucapan dan tauhid perbuatan. Tauhid ucapan adalah tauhid yang terdapat dalam kalimah syahadah pertama Tiada Tuhan melainkan Allah Kalimah syahadah pertama ini mengandung peniadaan dan penegasan. Oleh sebab itu, tauhid mengandung dua tindakan, yakni tindakan yang bersifat peniadaan terhadap segala bentuk penahanan modern yang telah menimbulkan krisis. Bagi kalangan ilmuwan rumusan ini menjadi kawasan konsepsional, sedangkan bagi rakyat biasa merupakan energi yang mendorong untuk melakukan suatu Gerakan. 
    Tentu saja dalam perkembangan pemikiran tidak dapat ditolak bahwa dimensi aksi dalam setiap pemikiran merupakan keharusan dan keniscayaan. Hal ini sejalan dengan penegasan dalam Al-Qur'an bahwa ungkapan iman dengan kitab Ya ayuuha al-ladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman) selalu digandengkan dengan amilu al- shalihat (melakukan amal saleh). Iman tidak akan berfungsi apa-apa apabila tidak dibarengi dengan amal saleh. 
    Oleh sebab itu, lebih jauh dikatakan Hassan Hanafi, bahwa dengan peniadaan itu seseorang hendaklah membebaskan kemanusiaan dari berbagai bentuk pemaksaan, penganiayaan, otoritarianisme, dan kekejaman. Dan dengan tindakan pene- gasan hendaklah menanamkan perasaan bebas, kreatif, dan pencipta. Membebaskan manusia dari sikap mengikuti saja nilai-nilai dan berbagai pemikiran yang mapan pada zaman- nya. Pada waktu yang sama menjadikan manusia memeluk nilai-nilai baru dan terikat pada prinsip-prinsip kemanusiaan universal. 
      Program aksi yang digagas oleh Hassan Hanafi meru- pakan bentuk baru dari studi-studi Ilmu Kalam yang selama ini hanya muncul dalam bentuk lazzah 'aqliyah (konsumsi nalar) semata. Namun di tangan Hassan hanafi Ilmu Kalam berubah menjadi program besar dan menyeluruh terhadap bangunan kesadaran kaum Muslimin dalam menghadirkan agamanya sebagai rahmat bagi semesta alam. 
    Akhirnya Hassan Hanafi menegaskan bahwa bila para mutakallimun masa lampau dalam membela tauhid telah menaklukkan berbagai negeri, berperang pada jalan Allah, dan membebaskan kemanusiaan dari berbagai belenggu dalam meninggikan kalimah Allah mereka telah memperoleh ke- menangan karena pemikiran dan syariat. Tugas kita dewasa ini adalah menyerukan jihad kepada umat untuk membebaskan negeri-negeri Muslim, dan mengembalikan Bumi-Bumi kita yang dirampas. Ini dilakukan dengan memancarkan semangat tauhid untuk menumbuhkan kekuatan kaum Muslimin, dan mengembalikan tauhid mereka ke Bumi.